0

70 PERSEN PEROKOK DI INDONESIA MASIH DALAM USIA PRODUKTIF

70 PERSEN PEROKOK DI INDONESIA MASIH DALAM USIA PRODUKTIF

Ancaman yang ditimbulkan oleh konsumsi tembakau di Indonesia telah memasuki tingkat kritis, meskipun banyak penelitian yang menghubungkan merokok dengan penyakit kardiovaskular dan meningkatnya kasus penyakit jantung koroner.

Menurut Laksmiati A. Hanafiah, Ketua Yayasan Jantung Indonesia dan Komisi Nasional untuk pengendalian tembakau, informasi tentang urgensi dan ancaman konsumsi tembakau melalui rokok telah diberitakan kepada publik. Namun, tingkat kesadaran publik tetap tidak diinginkan.

Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa kebiasaan merokok di kalangan perokok muda dan pekerja pemula semakin meningkat sebagai akibat dari iklan merajalela mempromosikan gaya hidup tertentu oleh industri rokok yang membuat merokok tampak 'keren'.

"Apa yang menyedihkan adalah bahwa 70 persen perokok berasal dari keluarga miskin dan dianggap di usia produktif di mana uang yang dihabiskan untuk rokok sebenarnya dapat dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman," kata Laksmiati hari ini, 23 Juni.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa fenomena yang berkembang yang ditemukan adalah bahwa rokok di Indonesia masih dihargai dengan harga yang sangat terjangkau, yang pada akhirnya lebih mendukung kebiasaan merokok negara itu.

"Salah satu dari sekian banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah konsumsi rokok adalah dengan menaikkan harga produk ini," Laksmiati menjelaskan.

Menurut Laksmiati, pengendalian konsumsi tembakau harus didekati secara holistik dan dalam proses yang terintegrasi baik oleh pemerintah maupun masyarakat umum. Pendidikan tentang bahaya konsumsi tembakau harus dimulai dari keluarga, sekolah, dan komunitas terdekat untuk mencegah generasi mendatang berubah menjadi konsumen rokok.

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

 
Top