0


Belakangan ini, masyarakat Indonesia di hebohkan cerita cerita mengenai “ Pelakor”
[ Perebut Lelaki Orang ] sebutan bagi perempuan yang dianggap bertanggung jawab
atas retak nya hubungan pernikahan mereka yang selama ini di bina nya tersebut


Kita terpapar dan melihat cerita cerita hampir setiap hari, baik di media sosial atau
pun di saluran media tradisional, banyak orang yang mengatakan kebenciannya
terhadap mereka para pelakor di media sosial yang semakin memuncak di Indonesia



Meski pernyataan yang netral dan cukup reflektif ada, sikap yang menunjukkan kebencian
lebih mudah di temukan setidak nya di instagram, platform media sosial berbasis gambar
dan teks yang sering digunakan oleh orang untuk berbagi cerita ucap kebencian ini umum nya


Di tujukan kepada perempuan tertuduh, dimana yang di lemparkan kata kata ini dengan
sebutan Pelakor, dalam berita ini istilah pelakor perlu dianalisis secara kritis, dimana
Retorika pelakor timpang karena menempatkan perempuan sebagai perebut


Seorang pelaku yang aktif dalam kegiatan perselingkuhan dan menempatkan sang laki laki seolah
olah sebagai pelaku yang tidak berdaya tersebut, terlebih cara sosiolinguistik istilah ini
berpihak kepada laki laki karena sering sekali muncul dalam wacana keseharian nya tanpa


Istilah pendamping untuk laki - laki dalam hubungan tersebut, dalam kebanyakan tulisan yang
saya telusuri sih untuk pencari data mengenai peredaran istilah pelakor, secara umum dia
digunakan sendiri, atau sang laki laki dalam hubungan tersebut


Secara kebahasan istilah ini meminggirkan kepada perempuan, lebih dari itu
istilah ini menunjukkan sebuah fenomena sosial budaya yang lebih besar
kerap nya istilah ini digunakan dalam bercerita di media sosial dan dalam
pemberitaan tanpa didampingi yang digunakan


Dalam media sosial dan dalam pemberitaan tanpa didampingi istilah yang sepadan untuk
para pelaku laki - laki, menunjukkan bahwa istilah ini sudah luas sekali pengguna istilah
tersebut sendirian - tidak di barengi dengan penggunaan istilah untuk si lelaki tidak setia


Kecenderungan masyarakat kita yang hanya menyalahkan perempuan dalam sebuah
perselingkuhan, meski jelas dibutuhkan dua orang untuk itu, kita perlu ingat fakta
bahwa setidak nya ada dua pihak yang terlibat perselingkuhan


Jika perselingkuhan itu terjadi, pihak laki laki menyalahkan kepada kaum perempuan
baik dari segi peran perempuan korban mau pun sang pelakor, dengan kata lain
kecendrungan kita untuk berteriak pelakor tanpa menyebut nyebut sang lelaki saja



Dengan menggambarkan kekerasan terhadap perempuan dan pemikiran nya yang buruk
terhadap perempuan, jika digunakan sendirian, istilah pelakor menghapuskan peran laki
laki dalam aksi kolaboratif perselingkuhan, penggunaan istilah ini dalam isolasi tidak hanya


Mengerdilkan “ daya tarik “ sang laki laki tapi juga menghilangkan agensi nya sebagai manusia
yang bebas dan berdaya, sang laki laki bukan lah barang yang dicuri, dia sama sama
bertanggung jawab dalam situasi ini dan seharus nya secara linguistik dan retorik tidak

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

 
Top