0
KEJAM..DINEGERI INI BAYI DIGUNAKAN UNTUK MEMBUNUH


Kita,sebenarnya tak pernah bisa benar-benar bahagia.Meski kebahagiaan adalah cita-cita setiap manusia,tapi bahagia diatas penderitaan orang lain bisa jadi sebuah nista.Saat kita bahagia,lalu tetangga kita tertimpa bencana,kita bisa saja mempertanyakan etika. Ada nestapa dalam bahagia.

Dalam dunia dengan informasi yang mengalir deras ini,kebahagiaan kita di Indonesia,bisa jadi diiringi tangis pilu saat mendengar berita di belahan lain benua.

Di Nigeria.Sebuah kabar berkisah tentang bayi-bayi yang digunakan untuk membunuh.Bayi-bayi yang hanya tahu merengek ketika lapar,bayi-bayi yang hanya tahu menangis ketika pipis,bayi-bayi yang hanya tahu sesenggukan ketika kedinginan,mereka digunakan untuk membunuh.

Orang dewasalah yang menjadikan mereka korban,sekaligus tameng.Tak ada kebiadaban paling keji selain tindakan seperti ini.Dua orang perempuan,dengan dua bayi dalam gendongan, mereka meledakkan diri ditengah kerumunan.Orang-orang berteriak terkejut,histeris, meraung kesakitan.Dan nyawa melayang.

Madagali di Nigeria,empat perempuan melakukan serangan pada 13 Januari lalu.Mereka adalah kelompok pemberontak Boko Haram yang telah bersumpah setia kepada ISIS.Dua perempuan itu ditangkap di pos pemeriksaan.Sedangkan dua lain mampu lolos.Dua perempuan yang lolos menggendong bayi,sehingga tidak ada kecurigaan dari petugas.

Belum lama dalam ingatan kita,balita dan anak-anak di negeri ini yang jadi korban kebiadaban orang dewasa.Bom diledakkan di gereja Oikumene,Samarinda.Nyawa bocah bernama Intan Novita jadi korban.Pembunuhan bocah mengatasnamakan agama.Keji!

Agama (langit) yang memiliki ajaran kehidupan kekal usai mati (eskatologis) dibelokkan. Janji surga sebagai hak prerogatif Tuhan dibuat doktrin seenak dengkulnya. Padahal sejatinya mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai (ar-Rum:7).

Orang-orang dewasa yang merasa memiliki garam lebih banyak,begitu tega memutus nafas anak-anak yang belum tahu rasa asinnya garam.Kebebasan untuk tumbuh besar dengan rasa aman,diancam oleh sekelompok dan segelintir orang-orang yang memiliki kekejaman dan dendam yang tak bisa dipadamkan.

Kebiadaban tak dilakukan oleh anak-anak.Kebiadaban dilakukan oleh orang dewasa.Orang-orang dewasa,yang tak memiliki cinta dan kasih,begitu tega menghabisi nyawa anak-anak yang tak berdosa.Dengan pemahaman agama yang keliru,menggunakan dalil-dalil benar untuk melakukan tindakan-tindakan batil.

Tindakan-tindakan kejam atas nama agama (Islam) oleh Boko Haram justru membuat citra agama yang mengajarkan rahmat bagi seluruh alam ini menjadi tercoreng. Agama (Islam) dipandang sebagai agama yang kejam.Padahal,perilaku dari orang-orang itulah yang salah, yang telah memelintir seenak dengkulnya ayat-ayat Tuhan untuk membenarkan tindakan mereka.Kita tidak bisa membuat kesimpulan dengan nalar pendek yang kemudian menyalahkan agama yang dijadikan tameng oleh mereka.

Meski dalam Islam sendiri,Tuhan telah berfirman bahwa “tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam),”tapi mengapa orang-orang itu selalu memberi tekanan berupa teror?Bahkan teror keji dengan menggunakan bayi yang belum bisa membedakan antara bara api dan roti? Bayi-bayi itu adalah generasi penerus yang memiliki hak untuk hidup.

Mereka bukanlah barang mati,yang bisa diperlakukan seenaknya.Dibuat sebagai temeng untuk melakukan pembunuhan-pembunuhan biadab.Sungguh benar firman Tuhan bahwa sejatinya manusia adalah makhluk yang membuat kerusakan diatas muka bumi.Tapi mereka menutup telinga dan mata mereka dari kebenaran dan kasih yang tanpa curiga.

Teror dan pembunuhan atas nama agama yang mengakibatkan bayi serta anak-anak sebagai korban adalah sejatinya penistaan terhadap agama,penistaan terhadap kemanusiaan.Orang-orang penista agama dan penista kemanusiaan dengan perilaku kejam itu telah tertutup mata hatinya.Hati mereka tak lagi dapat memantulkan cahaya yang mampu menerangi alam semesta.

Hati mereka adalah hati kusam,cahaya pun enggan menimpanya.Apalagi memantulkan sinarnya,cahaya tidak akan pernah rela.

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.

 
Top