Label fashion Sejauh Mata Memandang meluncurkan koleksi tekstil dan busana terbaru yang dinamai Musim Rintik 2018, yang inspirasinya berasal dari cerita rakyat Timun Mas.
Chitra Subyiakto, pendiri dan direktur kreatif Sejauh Mata Memandang (SMM) mengatakan sering terinspirasi oleh hal-hal sederhana.
"Misalnya saja koleksi sebelumnya yang memiliki motif ayam jago, inspirasinya dari mangkuk bakmi. Kali ini dari dongeng favorit saya Timun Mas," ujarnya di Jakarta (8/11).
Dongeng Timun Mas yang menceritakan kisah seorang gadis yang terlahir dari sebuah timun hingga petualangannya ketika dikejar oleh Buto Ijo ini dituangkan Chitra dalam motif kain, busana siap pakai dan aksesori.
"Saya coba menggambarkan figur tokoh dalam cerita, binatangnya, dan juga bekal Timun Mas ketika dikejar Buto Ijo, seperti benih timun, duri, garam, dan terasi," paparnya.
Koleksi Timun Mas menggunakan kain dari bahan katun sari, katun foal, hingga cupro yang merupakan kain dari bahan organik.
Karena berasal dari dongeng anak-anak, Chitra memilih warna-warna yang ceria, seperti kuning, hijau, biru, dan merah, serta hitam putih, untuk koleksi Musim Rintik 2018.
Dibuat penuh dengan tangan, motif pada Timun Mas diperoleh dengan metode tulis, cap, sablon, hingga bordir tangan.
"Proses dengan tangan karena lebih soulfull, ada cerita dan keunikan. Lagi pula keunikan Indonesia itu pada manusianya, jadi sayang kalau tekstil berpindah ke mesin," tutur Chitra.
Bila para desainer dan rumah mode pada umumnya menggelar fashion show untuk memperkenalkan koleksi barunya, Sejauh Mata Memandang memilih pameran instalasi seni.
"Fashion show hanya akan dinikmati kalangan terbatas dan 20 menit selesai. Lewat pameran saya ingin bercerita tentang prosesnya, motif-motif yang dibuat, dan juga moodnya," ujar Chitra.
Pameran Timun Mas merupakan karya kolaboratif SMM dengan berbagai pihak. Di antaranya dengan Davy Linggar untuk seni instalasi, Tulus dan Petra Sihombing yang menciptakan musik dan lagu animasi Timun Mas, serta Dian Sastrowardoyo yang mengisi narasi pada animasi.
Di dalam ruang pameran yang berlokasi di mal Senayan City ini, pengunjung akan memasuki semacam labirin dengan potongan panjang kain putih yang menjuntai.
Menurut Davy, potongan-potongan kain itu bisa diibaratkan seperti hutan dan gua tempat Timun Mas dikejar Buto Ijo.
"Semua dikerjakan dengan tangan, digunting-gunting. Saya ingin membuat sesuatu yang sesuai karakter SMM," ujarnya. Pameran ini terbuka untuk umum dan berlangsung mulai dari 8 November 2018 sampai 8 Januari 2019.
Selain itu, SMM juga membuat buku dongeng Timun Mas dalam jumlah terbatas. Hasil penjualannya akan disumbangkan ke Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Bantu Guru Belajar Lagi sebgai dukungan edukasi.
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.