Sebuah hubungan asmara memang tak selalu diliputi oleh kebahagiaan. Konflik dan berbagai problematika bisa saja datang menerpa.
Namun, ada juga orang yang sudah 'terjebak' dalam hubungan yang sangat menyakitkan, dan hanya saling menyakiti untuk kedua belah pihak.
Mempertahankan hubungan yang menyakitkan, memang terdengar sia-sia. Tapi, banyak pula orang yang justru melakukannya.
Dengan berbagai alasannya tentunya. Banyak dari mereka yang memilih mempertahankan hubungan yang hanya 'meracuni' diri sendiri.
BACA JUGA : Inilah Bahayanya Jika Kentang Disimpan di Dalam Kulkas
Lalu, mengapa ini semua ini bisa terjadi?
Berdasarkan hasil riset yang mereka gelar ini, terungkap, orang yang bertahan dalam hubungan 'menyakitkan' biasanya juga akan merasa pasangannya terlalu bergantung padanya.
Meninggalkannya, membuat mereka akan dihantui perasaan bersalah.
Penelitian sebelumnya juga menemukan, orang yang bertahan dalam hubungan yang tidak bahagia adalah orang yang terlalu mementingkan dirinya sendiri.
Mereka adalah orang yang tidak ingin hidup sendiri, atau takut tidak akan menemukan pasangan yang lain.
Hasil riset ini juga menunjukkan, orang yang memiliki pasangan dengan tingkat ketergantungan tinggi, semakin kecil juga kemungkinan untuk berpisah.
Pada akhirnya, ini juga akan membuat mereka akan tetap mempertahankan hubungannya, meski hubungan tersebut tak lagi mendatangkan kebahagiaan.
BACA JUGA : Studi Mengungkapkan Bahwa Tidak Berolahraga Lebih Berbahaya Dibanding Merokok
Itu juga dilakukan demi kepentingan npasangan dari pada kepentingannya sendiri.
Penelitian ini juga dilakukan dalam dua studi terpisah. Riset ke-1 yang meneliti 1.348 orang dalam hubungan romantis selama periode ke-10 minggu.
Riset ke-2 juga meneliti 500 peserta, yang memiliki rencana untuk berpisah dengan pasangannya selama dua bulan.
"Ketika orang-orang menganggap pasangan sangat berkomitmen terhadap hubungannya, kecil kemungkinan mereka untuk memulai perpisahan," kata Samantha Joel.
Menurut Joel sendiri, hal yang sama ini bahkan dilakukan orang yang tidak benar-benar berkomitmen pada hubungan itu sendiri, atau yang secara pribadi tidaklah puas dengan hubungan itu.
"Umumnya, kita tidak ingin menyakiti pasangan dan peduli tentang apa yang dinginkannya," ucapnya.
Namun periset ini juga mengatakan, kadang-kadang persepsi seseorang tentang kebutuhan pasangannya bisa salah arah, yang dapat merusak validitas hasil dari riset,
"Bisa jadi orang itu melebih-lebihkan seberapa komitmen pasangannya dan betapa menyakitkan arti dari perpisahan," kata Dia.
Alasan lainnya, kata Roantree, meninggalkan hubungan sama halnya dengan kegagalan. Kebanyakan dari mereka merasa malu saat mengakhiri hubungannya.
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.