Amerika Serikat mengumumkan bahwa militer mereka berhasil menguji coba system anti rudal balistik antar benua.(ICBM). Kepala Badan Pertahanan Rudal AS, Samuel Greaves, mengatakan bahwa sistem tersebut berhasil mencegat target yang ditembakkan dari Kepulauan Marshall pada Senin (25/3).
System pertama di tempatkan di California, sejak 6500 kilometer daro lokasi pelontar ICBM. Sistem itu berhasil menghancurkan ICBM yang dilontarkan. Setelah itu, sistem kedua juga berhasil menghancurkan pecahan dari ICBM tersebut.
Ini adalah keberhasilan pertama uji coba sistem bernama Ground-based Midcourse Defense (GMD) tersebut. GMD sendiri dirancang untuk menembakkan rudal penangkal ke udara, kemudian menggunakan tenaga kinetik untuk memecahkan target selanjutnya.
"[Sistem GMD] sangat penting bagi pertahanan negara kami dan uji coba ini menunjukkan kapabilitas dan kredibilitas sistem ini melawan ancaman yang sangat nyata," kata Greaves. Selama beberapa dekade belakangan, AS sudah mengucurkan dana miliaran dolar untuk mengembangkan teknologi penangkal rudal balistik di tengah ancaman yang kian besar.
Ancaman terakhir datang dari Korea Utara yang sedang mengembangkan ICBM, yaitu Hwasong-15. Pada 2017, Korut berhasil menguji coba rudal yang diklaim dapat mencapai wilayah AS tersebut. Ketegangan mereda ketika Presiden Donald Trump bertemu untuk pertama kalinya dengan Kim Jong-un pada pertengahan tahun lalu.
Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin negara sepakat untuk melakukan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Namun, AS dan Korut belum membahas detail proses denuklirisasi tersebut. Trump dan Kim pun kembali bertemu pada Februari lalu di Vietnam.
Pertemuan itu tak menghasilkan kesepakatan apa pun karena kedua negara tetap mempertahankan tuntutannya. Korut ingin AS mencabut sanksi secara bertahap sembari Pyongyang melakukan denuklirisasi. Namun, AS berkeras tidak akan mencabut sanksi sebelum Korut benar-benar melucuti senjata nuklirnya.
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.