Profersor Adrianus Meliala, Kriminolog dari Universitas indonesia menyatakan bahwa ia telah kecewa oleh terjadinya peristiwa dugaan penganiayaan yang berakibat taruna taruna Akademi kepolisian ( Akpol ) tewas karena dianiaya oleh senior seniornya.
"Mengecewakan. Sekitar 10 tahun lalu Polri pernah men-declare bahwa kekerasan tidak terjadi lagi di Akpol dan kelihatannya kepolisian menjadi acuan bagi sekolah-sekolah kedinasan lainnya. Ternyata setelah beberapa lama budaya kekerasan muncul lagi," kata Adrianus kepada media, pada Minggu 21 Mei 2017.
Profesor Adrianus Meliala menjelaskan bahwa, beberapa hal yang mengakibatkan masih adanya budaya - budaya kekerasan salah satu nya adalah ketidaktegasan dari Polri sendiri. Jika hal seperti ini ingin di hapuskan, maka para taruna harus segera memecat pelaku secepatnya.
"Demikian pula pengasuh yang membiarkan kejadian tersebut. Masalahnya, hal itu tidak mungkin terjadi. Lihat saja nanti, karena itu pula kejeraan optimal tidak pernah terjadi," ujar mantan anggota Kompolnas itu.
Sesuai dengan informasi yang di dapatkan, Pada saat menjalakan apel pembinaan di sekolah perwira itu, Taruna Akpol Bridatar Adam nyawanya direnggut oleh para senior yang menjadi pelaku. Namun sebelum nyawanya direnggut, Adam sendiri masih sempat di angkut dan di bawa ke RS Akpol Semarang. Dan sesuai dengan hasil visum yang di dapat, ternyata Adam mendapatkan luka lebam pada bagian dadanya.
Pihak Kepolisian pun sudah melakukan pemeriksaan dan menggelar perkara dengan 35 orang saksi dengan total 21 taruna bertingkat dua dan 14 taruna bertingkat tiga. Dan hasilnya pun ternyata semua taruna bertingkat 3 pun telah di tetapkan menjadi tersangka.
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.